Kehamilan membuat apa-apa yang saya rasa jadi meningkat kadarnya. Saya jadi jauh lebih peka, lebih mudah tersentuh, atau dalam bahasa lain, hati saya ini seperti jadi lebih "ager-ager" ketimbang sebelumnya. Percaya atau tidak, saya menangis haru pada hal-hal sepele macam keberhasilan seorang koki rumahan meraih immunity pin di Masterchef atau iklan susu SGM di tv.
Begitu pula pada musik, saya pernah mbrebes mili sendiri waktu dengar I've Got You Under My Skin-nya Frankie Valli & The Four Season karena tiba-tiba merasa liriknya somehow pregnancy anxiety related. Lalu kemarin, untuk pertama kali saya dengar Nyala, album perdana Gardika Gigih, seorang pianis plus komponis yang awalnya saya kenal lewat kolaborasinya dengan Layur dan Banda Neira. Saya tersentuh, mentok, dan keblusuk di satu lagu dengan judul sama dalam album itu, Nyala.
Entah bagaimana, lagu ini membuat saya membayangkan proses persalinan yang penuh harap. Saya tahu ini terdengar aneh, tapi rasanya bagi perempuan yang sedang hamil, dunia memang melulu soal perut ini dan manusia kecil nan menggemaskan di dalamnya. Jadi izinkan saya coba menjelaskan...
Dua menit awal lagu ini mengingatkan saya pada musik latar panduan hypnobirthing. Musiknya sama-sama repetitif dan tenang. Bedanya, Nyala nggak membosankan, lebih 'dinamis' dan bernyawa. Terasa pas untuk latihan womb breathing tanpa kebablasan ngantuk. Lebih cocok lagi untuk womb breathing saat fase laten persalinan pikir saya.
Saya membayangkan pembukaan yang tenang. Rasa sakit tidak nyaman yang teratasi dengan nafas, genggaman tangan ibuk dan suami, serta perasaan bahagia kami. Sementara itu, Si Bayi yang baik hati ikut membantu "cari jalan" dari dalam.
Lalu lagu ini masuk ke dua menit berikutnya. Pelan-pelan lirik terdengar:
"Nyala terang, terus benderang
Yang telah lalu, sirna sudah
Nyala terang, terus menerjang
Dan cahaya, semakin terang"
Di dalam kepala ini, rasanya saya sudah sampai pada fase aktif persalinan. Si bayi semakin giat mencari "cahaya" di ujung jalan lahir. Kepalanya yang memang sudah di bawah, mendorong, menerjang. Kuat, makin kuat, seperti nyali dan semangat saya yang tiba-tiba Tuhan ijinkan untuk jadi jauuuh lebih besar dari sebelumnya. Sepanjang jalan, wajahnya menghadap punggung saya, ociput anterior, seperti selalu saya minta dan pesankan padanya. Saya dibantu, sungguh dibantu.
"Nyala terang, terus benderang
Yang telah lalu, sirna sudah
Nyala terang, terus menerjang
Dan cahaya, semakin terang"
Duh anakku, cahaya kecilku yang ayu.. Terima kasih. Sebentar lagi aku jadi ibu. Lahir baru. Ikut lahir bersamamu. Semoga Tuhan mudahkan semua yang buruk-buruk hilang. Semoga segala yang ada di depan, makin terang, makin benderang.
Lagu hampir masuk dua menit yang ketiga.
Musik beranjak lebih ritmis, lebih kompleks. Saya membayangkan nafas yang mulai berat, keringat, tapi juga rasa terpacu dan semangat. Dalam tubuh saya hormon mulai bercampur-campur, seperti koktail. Sebelumnya hanya ada endorfin dan oksitoksin, sekarang mulai tercampur adrenalin, dan sedikit katekolamin. Saya berusaha keras tidak berteriak. Sakit ini akan saya terima, dan Tuhan akan jadikan pahala. Nafas makin berat, tapi saya mulai merasa endorfin dan oksitoksin dalam tubuh saya sudah memenangkan pertarungan mereka. Saya tiba-tiba jadi sangat senang, satu lagi hembusan nafas panjang, satu lagi hembusan nafas panjang, pikir saya.
Dan nyata, tepat saat lagu beranjak meninggalkan menit ketujuh, Si Bayi menemukan jalan lalu keluar dengan tangis yang tak malu-malu. Dia hepi, soalnya akhirnya ketemu dengan perempuan yang sering didengarnya membahasakan diri sebagai Ibu.
Dan selesai, lagunya selesai. Hati saya lumer, benyek, beleber :')
*Tulisan ini memang nggak masuk akal masuk akal banget sih, tapi akan lebih mudah dipahami kalau anda sedang hamil dan dibaca sambil mendengarkan lagunya di sini:
kalau masih nggak berhasil juga ya sudah ndak usah dipaksa :) nikmati albumnya aja, baguus banget. Oh iya mohon maaf kalau ada kedalahan lirik, belum sempat beli rilisan fisiknya soalnya.*