• Jumat, 03 Maret 2017

    Tentang This Is Us :)



    Kira-kira seminggu ini saya punya kebiasaan baru untuk menghabiskan waktu bersama suami sepulang dia dari kantor. Sebenarnya bukan kebiasaannya sih yang baru, kami memang selalu nonton sesuatu sepulang dia dari kantor, tapi seminggu ini tontonannya baru. Kami nonton This Is Us, serial drama NBC yang sudah sejak tahun lalu saya minta diunduhkan karena saya baca-baca katanya bagus, dan setelah nonton trailer-nya rasanya memang iya.

    Sebenarnya saya nggak pernah punya kriteria yang rumit untuk menyebut sebuah tontonan bagus. Selama saya merasakan ‘sesuatu’ setelah nonton, berarti bagus. Dan waktu nonton This Is Us, saya nggak cuma merasakan ‘sesuatu’, saya merasakan ‘sesuatu’ yang terlalu besar. Agak overwhelming bahkan kadang-kadang.

    Untuk memutuskan akan terus mengikuti serial atau nggak, biasanya saya butuh nonton beberapa episode dulu. Tapi yang ini, saya baru nonton pilotnya saja sudah nangis kecantol. Kalau ditanya serial ini sebenarnya tentang apa saya juga bingung menjelaskannya, yang jelas serial ini rasanya akan relate-able untuk banyak orang. Ada beberapa storyline di dalamnya yang kompleks tapi dirajut dan dikaitkan satu sama lain dengan rapi jali. Ada cerita soal keluarga, masalah-masalah dengan diri sendiri, relationship, pekerjaan, pencapaian, intinya hal-hal besar dalam hidup lah.

    Untuk penyuka drama, saya lebih menyarankan nonton serial ini ketimbang serial drama korea, karena cakupan dramanya lebih luas. Menurut saya This is Us dan drama korea bisa jadi sama-sama bikin kita tersentuh, tapi di This Is us hal-hal yang menyentuh itu lebih ‘besar’ dan riil. Bukan berarti drama korea nggak bagus sih, cuma ya itu, kadang terlalu ‘jauh’ dan dreamy menurut saya.

    Saya sulit merasa terkait dengan Song Hye Kyo dan Mas-mas tentara ganteng di Descendant Of The Sun, tapi saya merasa terkait sekali dengan tokoh-tokoh dalam This Is Us. Dengan Kate misalnya, ketika ‘personal baggage’-nya mau tak mau selalu muncul dalam hubungannya dengan Toby, dengan Randall yang punya strive for perfection sampai kadang kepalanya sendiri mau pecah, dengan Kevin yang menemui low point dalam hidup, atau membayangkan pernikahan akan selalu punya tantangan dari waktu ke waktu seperti cerita Rebecca dan Jack.

    Saya akan menyarankan serial ini untuk semua orang, kecuali orang yang nggak punya perasaan atau orang yang takut perasaannya ‘digelitikin’ hehe. Soalnya saya hampir selalu nangis berkaca-kaca tiap kali nonton. Saya adalah orang yang selalu nangis berkaca-kaca tiap kali merasakan sesuatu yang ekstrim, entah itu super marah, super senang, super sedih, super bersyukur, super kaget, atau super takut. Dan entah gimana caranya This Is us selalu menyajikan momen-momen macam itu di tiap episode. Belum lagi kejutan-kejutan dalam ceritanya yang kadang ‘menggemaskan’. Oh ya, untuk orang yang suka dibikin penasaran, serial ini juga punya poin-poin penting yang benar-benar penonton ingin tahu di episode-episode selanjutnya.

    Selain karena membuat saya merasakan banyak hal, saya juga suka This Is Us karena pemilihan dan peletakan soundtrack-nya yang pas. Saya cukup kaget dengar lagunya Sufjan Stevens di episode pertama. Kaget sekaligus senang, karena naruhnya pas. Dan belakangan playlist saya selalu terisi lagu-lagu pengiring serial ini.

    Ah singkat dan sederhananya saya suka serial ini, ingin banyak teman nonton juga biar bisa bertukar cerita soal tokoh atau bagian cerita kesukaan. Saya sendiri selalu suka Rebecca dan Jack karena bikin ingat orang tua, berterimakasih untuk apa yang sudah mereka upayakan buat keluarga, juga bisa jadi pelajaran buat saya, yang kalau Allah mengijinkan nanti akan punya anak-anak juga (Amiiiiiiin). 

    Kalau kamu kalau kamu? Nonton giiihh hehehehe



    Catatan:
    Gambar dalam unggahan ini diambil dari nbc.com

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    COPYRIGHT © 2017 MANZILA | THEME BY RUMAH ES