• Selasa, 23 Mei 2017

    Membaca Happy Little Soul



    Sebenarnya saya nggak terlalu ambisius untuk dapat dan baca buku ini. Walaupun saya nyata-nyata nge-fans Kirana dan Ibunya, kabar-kabarnya buku ini laris manis sampai agak susah didapat karena stok di toko buku sering habis. Tapi beberapa hari yang lalu,  saya iseng melipir ke Gramedia Pejaten dan nemu buku ini (sepertinya baru banget re-stock), alhamdulillah rejeki hehe langsung lah saya beli.

    Bagi yang belum tahu, Happy Little Soul adalah buku yang ditulis Retno Hening Palupi, ibu dari Kirana, dedek cimit bahagia favorit ratusan ribu pengguna instagram. Memang nggak aneh rasanya kalau dedek-dedek balita lucu banyak follower-nya, tapi buat saya pribadi  mengikuti unggahan akun instagram ibunya Kirana di @retnohening terasa berbeda. Mostly karena foto dan video Kirana terasa lugu, polos, cerdas apa adanya, dan seringkali heart-warming. Bagi yang sama sekali awam, coba deh tengok akunnya. Nggak butuh waktu lama rasanya untuk jatuh cinta sama dedek yang satu ini atau ikut bahagia dengar ketawanya si ibuk  yang rasanya happy sekali  melihat tingkah polah anaknya.

    Happy Little Soul singkat dan sederhananya berisi cerita Retno Hening soal pengalamannya menjadi ibu Kirana. Selain berbagi cerita,  dia juga menuliskan banyak tip dan trik bagaimana "belajar memahami anak dengan penuh cinta" (yang juga jadi tagline buku ini). Boleh dibilang ini semacam buku "how-to" gitu.

    Saya sempat bimbang saat mulai membaca buku ini. Pertama saya jadi orang yang kurang suka membaca sejak mulai kerja, dan itu terbawa sampai sekarang (padahal sekarang udah jadi istri rumahan hehe). Selain itu, jujur saya tak punya ekspektasi banyak memang, hanya beli buku ini karena ingin tahu dan ngefans Kirana saja. Saya kuatir tulisannya tak enak dibaca, bosan membaca karena saya sesungguhnya belum punya anak jadi nggak relate-able, juga kuatir cara penyampaian tip dan trik dalam bukunya bernada menggurui seperti beberapa buku how-to enggak banget yang pernah saya baca sebelumnya.

    Ternyata kekuatiran saya nggak terbukti. Surprisingly, tulisan ibunya Kirana enak dibaca, benar-benar seperti mendengar orang cerita saja. Editornya pun nampaknya oke karena penyampaian ceritanya juga nggak beleber kemana-mana.

    Oh ya, yang saya paling kaget sih karena buku ini bikin saya agak pingin nangis di sekitar 30 halaman pertama. Tulisannya personal tapi mampu 'menghanyutkan'. Bagian awal buku ini berisi cerita awal kehamilan, melahirkan dan semacam personal awakening menjadi seorang Ibu gitu. Cerita semacam ini selalu mudah menyentuh hati. Hati saya sih terutama, yang baru dikarunia Allah jadi istri belum jadi ibu. Sebagai perempuan yang sedang menunggu karunia Allah yang lain yaitu anak, saya terharu sih. Penuturan  ceritanya bisa bikin saya membayangkan peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Jadi saya bisa setidaknya menata hati sebelum jadi ibu beneran. Saya juga terharu karena terbayang bagaimana ibu saya dulu melewati perjuangan serupa :')

    Halaman-halaman selanjutnya berisi cerita soal hal-hal apa saja yang dilakukan Retno Hening selama membesarkan Kirana. Bagian ini kadang teknis sih jadi saya mulai melambat atau berhenti-berhenti membacanya. Kadang saya bosen (maklum ketahanan baca bukunya minim), tapi untungnya ceritanya nggak menggurui, humble malah. Berulang kali Retno Hening mengulang bahwa ia pun mengalami kesulitan-kesulitan, belum sempurna dan masih perlu terus berusaha. Bagi saya pribadi ini manis sih. Rasanya riil, mengasuh dan membesarkan anak rasanya memang selalu butuh kekuatan dan kesabaran ekstra, dan saya pun jadi bersyukur mungkin Allah belum memberikan anak karena ingin mempersiapkan saya dulu, karena mungkin selama ini yang paling sering saya bayangkan dari punya anak baru bagian lucu-lucunya saja.

    Oops I digress hehe

    Intinya tip dan trik yang dishare oke. Plus, di buku ini ibunya Kirana sering ngasih info di usia anak berapa sampai berapa tip dan trik tersebut bisa digunakan. Ada juga ide permainan bareng anak dan resep makanan yang bisa digunakan untuk masak bersama anak.

    Salah satu pertanyaan yang mungkin sering muncul saat saya nonton video Kirana adalah kok bisa sih dedek ini hatinya lembut, dan punya empati macam orang dewasa saja. Nah di bagian selanjutnya Retno Hening menuliskan cara-cara yang biasa dia lakukan supaya Kirana jadi anak yang peduli. Selain itu ibu Kirana juga bercerita soal ajaran yang pasti sudah nggak asing lagi buat followers alias #temanmainkirana. Apalagi kalau bukan, "Ndak papa it's okay, I'm special, I love myself" :")

    Nah kemudian di bagian akhir buku, ibu Kirana menutupnya dengan kiat-kiat terkait permasalahan yang kerap dihadapi ibu-ibu. Soal perasaan bersalah dan never good enough, soal rungsing urusan rumah, susahnya untuk sabar, bahkan juga soal komunikasi dengan suami yang seringkali kadang kurang peka walaupun sebenarnya tak pernah ada maksud untuk jadi menyebalkan hehehe. Kalau bagian awal buku ini membuat saya terharu, bagian akhir buku ini justru kadang bikin saya cekikikan hehehe. Retno Hening menuliskan cerita dengan sangat 'manusia', relate-able, jadi kiat-kiat yang disampaikan pun rasanya layak coba diterapkan. Believe-able lah intinya buku ini. Terlebih kita juga sedikit banyak sudah bisa lihat hasil penerapannya. Kirana nan lugu, baik hati dan ceria.

    Secara keseluruhan, menurut saya sih, buku ini bagus. Oh ya buat yang nggak terlalu betah membaca, bukunya juga sangat membantu. Soalnya font-nya nggak kekecilan dan halamannya warna-warni hehehe.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    COPYRIGHT © 2017 MANZILA | THEME BY RUMAH ES